Source: creepypasta
Retold and translated by –Jason-
Pernahkah kalian bertanya-tanya apa yang akan erjadi setelah mati nanti? Well, aku punya sedikit dugaan mengenai hal itu. Manusia bisa mati dalam usia kapan pun, dan oleh berbagai sebab. Terkadang karena luka, terkadang karena penyakit.
Namun, kadang orang-orang tua meninggal saat mereka tidur.
Terkadang, orang-orang uzur meninggal tiba-tiba dalam tidur. Mereka awalnya benar-benar sehat, hanya tua. Tidak ada penjelasan lebih lanjut mengenai sebab kematian, mereka hanya meninggal begitu saja. sebuah tes pernah dilakukan pada tahun 1950an, untuk mencari tahu penjelasan mengenai hal ini. Tes ini menggunakan sepuluh orang subyek yang berumur sekitar 80 tahunan, dimana telah setuju untuk tinggal di sini, di fasilitas ini, sampai mereka meninggal. Mereka benar-benar tua; bisa dikatakan umurnya tidak akan lama lagi.
Saat masing-masing dari mreka kemudian meninggal, sesuatu yang ganjil terjadi. sebelum jantung mereka berhenti berdetak, gambaran aktifitas otak mereka menjadi tak menentu. Namun semua itu menunjukan semacam pola tertentu. Pola aktifitas yang menggambarkan seseorang yang tengah bermimpi buruk. Namun, hal tersebut nampaknya mimpi buruk yang belum pernah mereka alami sebelumnya. Gambaran aktifitas otak menunjukan seolah-olah mereka mengalami mimpi buruk paling mengerikan yang belum pernah dilihat oleh siapapun. Wajah mereka masih terlihat begitu tenang, begitu juga dengan tubuhnya … namun sesungguhnya, mereka tidak benar-benar tenang ataupun damai.
Namun, salah satu dari subyek tersebut ternyata tidak meninggal, dia “selamat.” Dia nampak sebagai sosok pria yang begitu tabah. Gambaran aktifitas otaknya sama dengan yang lain, namun jantungnya terus berdetak. Kemudian, dia terbangun sambil menjerit, dan tubuhnya berkelojotan tak terkendali. Para penelitit bergegas mendekatinya dan menanyakan apa yang terjadi dalam pikirannya. Dia menatakan bahwa hal itu merupakan hal paling mengerikan yang pernah dilihatnya. Dia mengatakan bahwa hal itu merupakan penyebab matinya orang-orang dalam tidur. Dia mengatakan bahwa mati dalam tidur bukan merupakan sesuatu yang nyaman ataupun damai. Dia mengatakan bahwa hal itu adalah sebuah pengalaman paling mengerikan yang belum pernah terjadi sebelumnya: kengerian yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Dan saat dia hendak mengatakannya pada mereka … bola matanya berputar ke belakang, dan ambruk ke atas ranjang. Dia meninggal karena kelelahan. Jantungnya kolaps sepenuhnya.
Para peneliti merasa sangat tercengang mendapati hal ini. Proyek dihentikan semenjak itu. Mereka menolak untuk menggunakan orang lain demi penelitian ini. Hasil penelitian disegel, dan proyek tersebut kemudian dirahasiakan, tersembunyi dari dunia luar. Proyek tersebut disimpan rapat-rapat dalam brankas rahasia milik pemerintah agar tidak sampai bocor ke publik. Namun, salah satu ilmuwan tidak puas dengan hal itu. beberapa tahun selanjutnya, ilmuwan yang sama berada pada umur dimana mati dalam tidur bisa terjadi. Dia teringat kembali pada proyek penelitian bertahun-tahun silam, dan memutuskan untuk mencari tahu maksud perkataan subyek tes terakhir. Dia menyiapkan banyak waktu untuk mempersiapkan jantungnya pada semua kemungkinan yang bisa saja terjadi. Dia menghendaki untuk tetap hidup setelah melewati itu semua. Suatu malam dia tidur, sama seperti biasanya. Namun mimpinya sungguh berbeda. Dia berada dalam kegelapan. Namun ada seberkas cahaya yang memancar dari sebuah tempat yang nampaknya merupakan kamar mandi.
Dia nampaknya seperti terseret mendekatinya. Dia tidak mampu menahan diri untuk berjalan mendekatinya. Dia membuka pintu kemudian. Sebuah cahaya kecil yang berkedip, cermin kotor, toilet rusak dan sebuah shower, yang nampaknya berada dalam kondisi rusak yang sama. Lantai terbuat dari beton padat. Sebuah wastafel menambah isi ruangan tersebut. Dia merasa seperti dipaksa untuk mencuci tangannya. Semua masih nampak normal. Dia mengalihkan pandangan dari wastafel menuju cermin, dan melihat dirinya sendiri. Dia nampak normal dan sehat. Dia menyeka muka kemudian, mengedipkan mata, dan kembali melihat bayangannya di cermin. Namun kali ini, bayangannya jauh berbeda dari sebelumnya, sangat … jauh berbeda.
Sosok bayangannya di cermin nampak seperti dirinya … namun berbeda. Dirinya tampak seperti … seolah-olah ada orang yang mengeluarkannya dari liang kubur enam bulan setelahnya. Sosoknya terlihat membusuk namun masih menggambarkan dirinya. Ilmuwan tersebut tertegun ngeri. Namun kengerian tidak cukup memaku hasratnya untuk bisa menyentuh bayangannya. Perlahan, dia menggerkan tangannya ke permukaan cermin. Namun, alih-alih terhalang permukaan kaca yang dingin, tangannya menembusnya menuju sosok itu. Dia menarik tangannya kembali dengan sangat shock dan kengerian yang tak tergambarkan. Sosok itu perlahan mulai berkata. Dia berkata dalam suara suara sang ilmuwan, namun nadanya begitu dalam dan rendah serta serak.
“A-akan tiba waktu b-bagi s-semua orang. K-kau beruntung untuk bis-sa sampai p-pada detik ini. N-namun waktumu telah t-t-ti-tiba … be-bersiaplah.”
Sosok itu kemudian berjalan menuju kearahnya. Sang ilmuwan berusaha untuk mencari jalan keluar dari tempat itu. Namun pintu sebelumnya telah menghilang. Dia terjebak, terkurung dalam ruangan itu. ketakutan benar-benar membekukan semua gerakannya, memakunya untuk diam di tempat. Sosok itu tiba-tiba menghambur kearahnya, meneriakan jeritan yang sangat mengerikan yang tidak pernah ia dengar atau bayangkan sepanjang hidup. Begitu sosok itu menyentuhnya, ilmuwan itu terbangun. Dia duduk dengan gemetar, menghembuskan nafas dalam dan berat.
Sang ilmuwan langsung menyadari apa yang baru saja menimpanya. Dengan cepat dia meraih kertas kosong yang telah dipersiapkannya untuk berjaga-jaga sebelumnya. Dia membuat coretan kata-kata secepat mungkin, dia paham betul bahwa tidak lama lagi jantungnya akan kolaps, berhenti bekerja.
“MATI SEBELUM KAU TIDUR”
Dia kemudian meletakan kertas dan pensil, berharap lekas mati sesudahnya. Namun tidak. Namun dia kemudian mengarahkan pandangan pada pintu keluar kamarnya. Disanalah, sosok dalam mimpi buruknya berdiri.
Sosok itu kemudian berbisik
“K-kau tidak b-be-berharap akan l-l-lolos dengan m-mu-m-mudahnya kan?”
Mata sang ilmuwan membelalak ngeri. Dalam kengerian yang mencekatnya, dia berhasil membisikan sebuah tanya
“Apa … s-siapa sebenarnya dirimu?”
Sosok itu kemudian menghambur ke samping ranjang, dan berbisik di telinganya
“Malaikat kematian.”
Dengan menggemanya kata tersebut, sang ilmuwan kemudian mati.
ilmuwan itu merupakan orang yang kesepian. Semua keluarganya telah meninggal, dan hanya punya seorang sahabat. Tidak ada yang menemukan mayatnya selama berbulan-bulan. Namun, pada suatu hari, sahabatnya datang berkunjung. Dia pergi ke rumahnya, dan mengetuk pintu. Tidak ada jawaban. Setelah beberapa detik kemudian, sahabat tersebut mencium bau sangat busuk yang muncul dari dalam rumah itu. dia berjalan memutar ke bagian belakang rumah, dan mengintip pada jendela kamar. Didalamnya tampak gelap. Namun dia dapat melihat tubuh membusuk sahabatnya di dalam, yang telah berada di sana, mati selama beberapa bulan lamanya. Sosok mayatnya hampir sama persis dengan sosok yang telah membuatnya mati. Dia kemudian memangil polisi, dan mereka mengangkut mayatnya. Penyebab kematian dicatat sederhana sebagai “usia tua.” Namun mereka menemukan kertas di samping ranjang. Kertas itu kemudian hanya dimasukan ke dalam kotak bukti, dan koran lokal membuat ulasan mengenai semua itu.
Kisah ditulis sebagai sesuatu yang normal sehingga kemudian, orang-orang tetap percaya bahwa kematian akibat usia tua merupakan sesuatu yang wajar. Dan mati dalam tidur merupakan cara paling nyaman dari semua penyebab kematian, tanpa rasa sakit sedikit pun.
Well … terkadang ada bagusnya untuk tidak tahu kebenaran dari sesuatu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar